Ajang IIBF tahun ini yang berlangsung pada 28 September - 2 Oktober 2016 di JHCC dengan Malaysia sebagai tamu kehormatan membuat
saya sedikit nostalgia. Tinggal di Malaysia hampir 3 tahun sedikit banyak saya
mengetahui perkembangan industri perbukuan di negeri jiran tersebut. Namun tak banyak yang saya temui di
sana. Buku-buku yang dipamerkan di sana
tidak banyak mewakili situasi perbukuan di Malaysia. Didominasi oleh buku-buku
dari Perbadanan Kota Buku dan ITBM (Institut Terjemahan Buku Malaysia), saya
tidak menemui buku-buku yang banyak dijual di toko-toko buku di Kuala Lumpur
seperti novel roman bahasa Melayu, buku dari penerbit independen seperti Fixi
Novo atau buku dari penulis Malaysia yang telah diakui di dunia internasional.
Sedikit
informasi, buku-buku yang ditulis oleh penulis Malaysia terbagi atas buku
berbahasa Inggris dan Melayu. Secara
umum, industri buku di Malaysia masih kalah dibanding Indonesia; dari segi
kuantitas; 20,000 judul diterbitkan per tahun (sekitar 30,000 judul buku terbit
per tahun di Indonesia – data IKAPI tahun 2013-2014). juga variasi tema
buku. Buku lokal Malaysia didominasi
oleh novel fiksi-roman. Salah satu tantangan
di negri itu adalah penerbit lokal harus bersaing dengan buku-buku impor
berbahasa inggris yang cukup murah harganya (dibanding harga buku impor di
Indonesia).
Yang menarik buat saya tentunya adalah
bagian buku anak-anak. Sebagai pengamat dan kolektor buku anak-anak, saya tidak
menyia-nyiakan membeli beberapa buku anak Malaysia yang menarik. Di situ saya juga berkesempatan bertemu
dengan Emila Yusof, illustrator buku anak terkenal di Malaysia dan Evi Shelvia,
illustrator Indonesia yang lama bermukim di Malaysia dan banyak membuat
ilustrasi untuk buku anak terbitan Amerika dan Malaysia. Saya sangat suka dengan karya kedua
illustrator ini. Emila mempunyai goresan
khas lokal dengan karakter gadis cilik berkepang dua yang menjadi ciri khasnya,
sedangkan Evi piawai dengan sapuan cat airnya yang halus, berwarna ceria dengan
karakter yang menggemaskan. Tiga tahun lalu saya pernah bertemu dengan Evi di
Asian Festival of Children Content di Singapura. Saat itu Evi menjadi pemenang lomba poster
tema untuk ajang AFCC 2013. Di tengah
kesibukan mengurus empat orang anak ternyata Evi terus menghasilkan karya. Bravo Evi!
Cek website ini untuk mengetahui karya-karya mereka : www.emilayusof.com dan www.epit-at-home.blogspot.co.id
China Books on Tour
Stand dari negara China cukup menyita
perhatian saya. Menempati area yang
cukup luas, buku-buku terbitan negara ini ditata secara minimalis. Karena tidak menguasai bahasa mandarin, mata
saya langsung tertuju kepada buku-buku anak bergambar penerbit China yang
sangat luar biasa. Buku-buku anak
bergambar China yang dijual dan dipamerkan ini mempunyai ilustrasi yang sangat
indah dan menarik. Gaya ilustrasinya
beragam namun mempunyai ciri khas lokal.
Beberapa buku membuat saya tertarik untuk mengetahui ceritanya, sayang
hampir semua buku berbahasa China.
Iseng saya menanyakan harga buku-buku anak
tersebut…dan ternyata harganya sangaaat murah untuk ukuran buku impor dengan
kualitas kertas yang sangat bagus. Buku bergambar softcover 44 halaman saya
dapatkan hanya dengan 10 ribu saja per buku! Buku hardcover ukuran 20x27 cm
seharga 30 ribu. Tak heran
buku-buku penerbit dunia hampir semua printed
in China. Ongkos cetak dan material
sangat murah di sana. Kapan ya buku-buku
di Indonesia bisa semurah di China?
Pikiran saya mulai melayang…satu saat
Indonesia bisa menerbitkan 400,000 judul buku per tahun seperti di China, toko
buku dan perpustakaan tersebar di kota dan desa, orang dapat membeli buku
seharga sebungkus mie instan, dimana-mana terlihat orang membaca buku… di
taman, di warung, di cafĂ©, di bis……. Utopia
kah?