Kamis, 21 Juli 2016

If you give a mouse a cookie : imajinasi sederhana apa adanya



If you give a mouse a cookie,
he’s going to ask for a glass of milk
When you give him the milk,
he’ll probably ask you for a straw
When he’s finished,
He’ll ask for a napkin.
………………………………
……………………………….

Dan cerita terus berlanjut tentang si tikus yang tidak henti-hentinya meminta sesuatu pada seorang anak laki yang awalnya hanya ingin memberi sepotong kue pada si tikus.
            Cerita yang sangat menarik untuk anak-anak karena pada tiap halamannya, anak-anak akan terus diberi kejutan ‘apa lagi yang akan diminta si tikus?’  Di sepanjang cerita, sang anak laki terus meladeni permintaan si tikus yang aneh-aneh dan lucu. Si tikus meminta gunting untuk mencukur kumisnya yang panjang, lalu ia meminta sapu untuk membersihkan guntingan kumisnya yang mengotori lantai, kemudian ia meminta tempat untuk tidur karena ia lelah menyapu, dan seterusnya.  Imajinasi yang sederhana dengan alur linier tanpa klimaks atau ketegangan, namun sangat menarik untuk anak-anak.



            Terus terang, tidak banyak saya menemukan buku cerita anak Indonesia yang mengeksplorasi imajinasi sederhana lewat kacamata anak, tanpa sisipan ajaran-ajaran moral.  Penulis anak Indonesia seakan-akan ‘harus’ membuat cerita anak yang mengandung pesan moral.  Tentunya cerita anak yang mengandung ajaran moral sangat baik, namun saya berpikir, mungkinkah penulis anak  Indonesia menulis suatu cerita dengan bebas, tidak melulu memikirkan pesan moral, tapi beranjak dari apa yang menjadi imajinasi anak-anak?  Jika demikian, mungkin akan lebih banyak karya menarik dan bervariasi dari penulis cerita anak Indonesia.
            Jika saya ditanya apa pesan moral dari cerita “If you give a mouse a cookie” ini (pertanyaan yang sangat lazim dalam pikiran orangtua dan guru Indonesia), saya tidak tahu jawabannya, dan saya tidak mau mencari-cari pesan moral dalam cerita ini.  Biarlah anak yang mendengar atau membaca cerita ini berimajinasi dalam dunianya, bermain dalam khayalannya.  Tidak harus selalu ada pesan-pesan yang dijejali oleh orang dewasa.
Pertama kali saya tahu mengenai buku ini bertahun-tahun yang lalu lewat cerita seorang pencinta buku anak dalam milis penulis bacaan anak Indonesia. Ia bercerita pengalamannya di satu perpustakaan anak di Amerika, di mana ia diminta oleh seorang anak kecil untuk membacakan cerita.  Secara acak ia mengambil buku ‘If you give a Mouse a Cookie’ ini dan membacakannya pada si anak kecil.  Anak tersebut tertawa terus pada setiap lembar cerita dan memintanya untuk mengulang-ulang kembali menceritakan cerita tentang si tikus ini. Penasaran dengan buku ini, saya meminta adik saya yang ketika itu tinggal di Amerika untuk membeli buku lucu ini.
            Cerita yang ditulis oleh Laura Joffe Numeroff, penulis anak Amerika ini ternyata sangat populer. Ditulis pada tahun 1985, buku ini sangat laris sehingga dibuat seri-seri lainnya sebanyak 16 buku dengan binatang yang berbeda-beda.  Beberapa diantaranya adalah: If you give a Pig a Pancake,  If you give a Moose a Muffin, If you take a Mouse to School. 


Pada tahun 2006, 21 tahun setelah cerita pertama dibuat, penerbit meluncurkan buku  kompilasi berisi 4 cerita yang diperkaya dengan resep-resep cookie, pancake, muffin dan lembar-lembar aktivitas yang terinspirasi dari cerita.  Juga terdapat lembar notasi musik berbagai lagu berjudul “The Mouse cookie”, “The Piggy Polka”, “Making Muffin” yang dapat didengar lewat CD yang menyertai buku bundel berjudul “Mouse, Cookies & more: A treasury” ini.

If you give a mouse a cookie
Penulis: Laura Joffe Numeroff
Ilustrator: Felicia Bond
Penerbit: Laura Gerringer (imprint HarperCollins)

Cocok untuk anak: 4-8 tahun